Tantangan-tantangan Pengembangan Masyarakat
Created by: Kauniah Yusroh
A. PENDAHULUAN
Ketika berbicara mengenai alam fisik, sejarah manusia atau intelektualitas
manusia, kita menemukan bahwa tidak ada yang tetap, melainkan segala sesuatu
selalu bergerak, dan berubah keadaannya. Realitas tidak statis, seperti yang
diamati oleh filusuf Yunani kuno, Heraclitus, bahwa semua makhluk senantiasa
mengalir, terus-menerus berubah, terus-menerus tercipta dan lenyap. Sebagaimana
juga yang diungkap oleh Ibnu Khaldun tentang teori siklus peradaban, bahwa
dalam kehidupan bermasyarakat, selalu terjadi perpindahan gaya hidup, dari nomadic
ke arah sedentary. Atau seperti yang dikatakan oleh Toynbee bahwa
perpindahan (mutation) dari masyarakat primitif ke arah masyarakat
beradab (civilized), atau dari kondisi yang statis ke arah dinamis,
adalah suatu hal yang natural dalam sejarah peradaban kemanusiaan. Sebagai
contoh, dulu manusia melakukan perjalanan dengan hanya berjalan kaki dan
berlayar, memakan waktu dan tenaga yang banyak. Namun setelah teknologi lebih
maju, ditemukan inovasi-inovasi dan ide-ide baru, dalam hal ini adalah pesawat,
kereta, dan sebagainya, maka perjalanan menjadi lebih singkat dan hemat tenaga.
Perjalanan yang cukup jauh hanya bisa ditempuh baneberapa jam saja.
Mengingat bahwa perubahan selalu terjadi, maka setiap du’at yang
merupakan agent of change harus bisa mencari inovasi-inovasi yang bisa
merubah dan mengembangkan kearah yang positif. Dan dalam perjalanannya akan
ditemukan tantangan-tantangan yang menghambat proses pengembangn tersebut.
Namun da’i sejati akan menggap tantangan-tantangan tersebut sebagai hal yang
bisa menggugah dan meningkatkan kemampuan diri dalam mengatasi masalah.
B.
TANTANGAN-TANTANGAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
1.
Teknologi dan
Informasi
Idealnya, dengan adanya revolusi informasi maka dengan sendirinya
akan terlahir suatu masyarakat yang lebih demokratis, lebih makmur, merata dan
lebih manusiawi. Namun Ziauddin Sardar[1]
menganggap hal tersebut merupan suatu klise, mitos. Ia melihat bahwa teknologi
informasi tidak selalu membawa rahmat yang bermanfaat bagi masyarakat muslim,
tetapi bisa membawa kehancuran budaya. Soalnya abad informasi menurut sardar
bisa merubah menjadi abad kolonialisme.
Sardar berpandangan demikian karena kenyataannya bahwa informasi
yang dimuntahkan teknologi-teknologi informasi itu tidak bersifat netral bahkan
denagan cepat menjadi komoditi primer dan sumber kekuasaan. Ini menyebabkan
kebergantungan negeri-negeri Selatan pada negara-negara Utara. Teknologi
informasi bisa menjadi ranjau-ranjau yang bisa menghancurkan budaya umat.
Misalnya komputer cenderung berfikir linier, satu dimensi. Sementara itu
komputer-komputer yang terjalin menjadi suatu sistem yang besar dan rumit
cenderung gagal dan merugikan pemakainya.
Lagipula ototmatisasi pabrik dan kantor melalui komputerisasi akan
menimbulkan pengangguran besar-besaran. Bahkan dalam bentuknya yang lebih
canggih, komputer dengan kecerdasannya susah dikontrol. Jadi, melalui logika
kerjanya teknologi informasi menjadi otonom dan totaliter. Itulah salah satu
sisi gelap revolusi informasi yang mengancam umat menurut pandangan Sardar.
2.
Industrialisasi
Pada dunia modern ini budaya Eropa Barat yang bersifat industrial sangat
dominan, sementara budaya Islam menjadi terdominasi karena masih bersifat
pre-industrial, sehingga banyak hal baru yang masuk ke dalam masyarakat Islam
dan menimbulkan kecemasan, karena dampaknya pada kehidupan yang materialistis,
unmoralis, dan sekuler. Maka masyarakat sekarang sekarang ini mulai merasakan
kehampaan spiritual dan ingin kembali kepada agama. Seperti yang ditulis oleh
Thoureau, bahwa kini banyak sekali orang yang hidup dalam keputus asaan.
Maka masyarakat kita sekarang bergerak pada masyarakat industri.diantara
cirinya adalah segala hal dihitung dengan angka-angka, materi. Dan sering kali
ide-ide masyarakat terbentur dengan ketidaksiapan masyarakat untuk melakukan
sesuatu yang baik. Misalnya karena tidak ada nilai uang. Jadi orientasi
masyarakat sekarang sudah cenderung berubah kearah angka-angka dan nilai berkah
sudah mulai hilang, nilai gotong royong sudah nilai hilang, nilai kepedulian
terhadap tetangga, sesama, sudah mulai hilang dan berganti dengan masyarakat
yang individualistik.
3.
Keteladanan/
Figur
Masyarakat Indonesia dulu adalah masyarakat yang berorientasi pada
figur, dengan kelebihan dan kekurangan. Tetapi massyarakat Indonesia yang
partneralistik itu sekarang ini seperti layang-layang yang putus. Masyarakat
partneralistik adalah masyarakat yang mencontoh figur. Dan sekarang masyarakat
Indonesia dihadapkan pada sulitnya mencari figur, baik dari kalangan guru,
pemerintah maupun da’i. Pada politisi negara, hari-hari masyarakat dihadapkan
pada tangkapan KPK pada kasus-kasus korupsi. Da’i-da’i tersebar dengan sebutan
teroris. Sehingga dalam menggembangkan ide-ide sangat sulit karena massyarakat
sudah tidak percaya lagi dengan figur.
C. Solusi bagi Para Da’i dalam Menghadapi Tantangan-Tantangan
Pengembangan Masyarakat
Tantangan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal atau objek yg menggugah tekad
untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja lebih
giat dsb).
Berbicara
tantangan maka jangan berbicara pesimistif, tapi harus selalu melihat masalah
itu sebagai pemicu ditengah tantangan-tantangan yang dihadapi. Sebagai contoh
yaitu perjuangan da’wah Rasul Saw yang diutus Allah kepada masyarakat Jahiliah,
jahiliah dari segala aspek tapi bisa luluh dengan tuntun wahyu. Maka optimis
harus selalu hadir dalam menghadapi suatu tantangan.
Dengan adanya
tantangan, maka setiap da’i harus bangkit dengan dua alasan. Pertama, tidak
pernah ada satu gerakan yang bisa berhasil merubah suatu kondisi masyarakat secara
total. Kedua, para rosul diutus dengan misi da’wah. Dan misi ini akan
terus berjalan dengan estafeta da’wah yang teratur.
Alasan
selanjutnya atas pentingnya optimis dalam mengahadapi tantangan adalah bahwa
setiap manusia akan merasakan titik jenuh. Dan biasanya setelah mengalami titik
jenuh dia akan kembali pada jati dirinya, kembali kepada fitrah, yaitu agama. Akan tetapi manusia dan
masyarakat tetap berjalan terus ke masa depan, dan di depan mereka dihadapkan
pada kemajuan sains, wacana-wacana intelektual dan transaksi-transaksi
rasional, yang semua itu harus disikapi dengan perubahan, sehingga terjadilah perdebatan
panjang dalam masyarakat beragama, antara keinginan untuk kembali kepada masa
lampau dengan keinginan untuk melakukan perubahan, antara keinginan untuk tetap
mempertahankan tradisi masa lampau dengan keinginan untuk menyongsong masa
depan.
Makannya kita
melihat masyarakat Eropa yang sudah puas dengan harta dan kebebasan selama ini,
kecenderungan kemudian berbalik arah, yaitu kerinduan mereka terhadap sesuatu
yang lebih penting dari semuanya. Namun untuk Indonesia tidak mudah, karena
kondisi masyarakat Indonesia berada pada persimpangan jalan, setengah-setengah,
dari agraris menuju negara industri, dari kelas negara berkembang menuju kelas
negara maju. ‘ala kulli hal, optimis harus selalu ada. Maka dalam
kondisis apa pun agama harus hadir. Allahu a’lam.
REFERENSI
Machendrawaty,
Nanih dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2001
Blog dari
Hammis Syafak
Wawancara Ust
Imam Zamroji
Peter Berger menyatakan
bahwa ada lima pilar modernisasi:
1. Abstraction, yaitu
gaya hidup dalam bentuk birokrasi dan teknologi.
2. Futurity, bahwa
masa depan menjadi orientasi pokok dalam beraktivitas dan berimajinasi, serta
gaya hidup diatur oleh waktu.
3. Individuation, pemisahan
individu dari segala rasa entitas kolektif, dan membentuk alinasi.
4. Liberation, bahwa
pandangan hidup didominasi oleh pilihan bukan kebutuhan; artinya, segala
sesuatu yang di luar kebutuhan, mampu diwujudkan.
5. Secularization, terjadinya
kemerosotan di bidang keyakinan keagamaan.[32]
Andrew Rippin
menyebutkan lima faktor yang memiliki dampak sangat besar di dunia Islam:
1. Ascendasy and
Dicline. Bahwa dengan adanya kekuatan Eropa dan Amerika di dunia, dunia
Islam di seluruh belahan negara berkembang, secara politis tertindas, dan
secara ekonomi tereksploitasi.
2. Nationalism and Socialism. Ideologi politik modern oleh beberapa
kalangan bukan penyebab dari masalah kemunduran, akan tetapi juga merupakan
sebuah pemikiran modern yang atraktif
Tidak ada komentar