MARWAH ADAKAN KUNJUNGAN KE LPM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Media
Jurnalis Da’wah Muslimah (MARWAH) STID Mohammad Natsir adakan kunjungan ke
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada Senin kemarin (16/11/15). Rombongan dari MARWAH disambut hangat oleh ketua
LPM beserta rekan-rekannya. Pertemuan ini diadakan di Kantor Kesekretariatan
LPM yang berada di lantai dua Gedung Studet Center.
“Anggota LPM terdiri dari berbagai fakultas.”
Jawab Adi Nugroho selaku ketua LPM ketika ditanya keanggotaan LPM. Ia juga
menunjukkan beberapa terbitan LPM, mulai dari buletin, tabloid, majalah, dan
media onlinenya.
“Di LPM ini,
para anggota baru langsung diajarkan photoshop. Setelah itu baru kita suruh
untuk menulis. Itupun bertahap. Anggota baru, kami tempatkan untuk mengisi
tulisan online. Anggota yang sudah setahun bergabung kami tempatkan untuk
mengisi tulisan di tabloid. Adapun para pengurus bertugas mengisi tulisan di
majalah.” Pemuda yang biasa disapa Bang Adi ini menjelaskan bagaimana LPM
mendidik anggotanya.
“MARWAH bisa
ikut bergabung di Persma se-Jakarta, banyak universitas-universitas yang
tergabung di dalamnya. Paling jauh itu UI Bogor. Ada Universitas Negeri
Jakarta, Atmajaya, UIN Ciputat juga salah satu anggotanya.” Bang Adi memperkenalkan
salah satu komunitas pers di Jakarta.
“Marwah
sa’at ini masih mencari bentuk organisasinya.” Begitu Nia Kauniyah Yusro yang
mengetuai rombongan menyampaikan tujuan kunjungan MARWAH ini.
“Jika kita
membicarakan organisasi, pertama yang harus di bicarakan adalah masalah dana.
Karena kalau kita mendanai sendiri, maka itu akan sangat melelahkan. Kita harus
mencari berita, membuat berita, tapi harus mencari dana juga, itu sangat
melelahkan. Kami saja manganggarkan 3,5 juta untuk sekali terbit. Dana ini kami
dapatkan langsung dari universitas” Jelas
mahasiswa yang sekarang berada di semester IX ini.
“Untuk ke
depannya, karya jurnalis akan lebih banyak fokus di media online. Oleh karena
itu salah satu daya tarik berita online adalah tampilannya. Jangan sampai
tampilannya harus membuat pembaca me-zoom atau menscrool kanan-kiri. Tampilan
seperti itu akan ditinggalkan pembaca, sebab pembaca sibuk dan lelah jika harus
membaca berita yang seperti itu. Minimal tampilannya itu scroolnya hanya ke
atas- bawah.” Bang Adi berbicara sambil
memberi contoh pada layar gadgetnya.
“untuk
membuat tampilan seperti itu, paling butuh waktu dua jam. Ya kan bung Rizal?”
Bang Adi melirik salah seorang rekan di sebelah kanannya.
“Iya dua
jam, ditambah dua jam, ditambah dua jam. Jadi enam jam.” Jawab Rizal yang
berperawakan lebih berisi dari menjawab pertanyaan Adi, membuat yang lain
tersenyum.
“Untuk
mengenalkan produk itu butuh waktu lama. Kami mulai merutinkan tabloid terbit
sebulan sekali sejak tahun 2011. Pertama-tama hanya dibuang-dibuang, dijadikan
alas tempat duduk, bahkan pernah kejadian jadi pembungkus pecel. Padahal kami
sudah membuatnya susah payah. Seperti tidak ada harganya sama sekali. Setahun
seperti itu.” Mahasiswa dengan kaos merah berkerah itu menuturkan kisah perjuangan
LPM hingga bisa exis sampai sekarang. “Di tahun kedua, sudah mulai dipegang,
tapi masih tetap dilihat-lihat saja, belum dibaca. Masih dibuang-buang. Nah
baru di tahun ketiga mulai dibaca, hingga sekarang malah ada yang sampai
menjadikan tabloid kami bahan untuk menyusun skripsi. Walaupun masih terlihat
ada tabloid yang terbuang, tapi tidak seperti pada tahun-tahun pertama.”
Adzan Ashar
berkumandang. MARWAH pun undur diri, membawa sedemikian banyak pembelajaran dan
PR yang harus segera diselesaikan agar club ini tidak dikatakan mati suri oleh
para mahasiswi STID Mohammad Natsir. (Mahar)
Tidak ada komentar