Jannah dan Selembaran Bergambar Sukarno - Hataa
Bagi sebagian besar orang, weekend adalah moment untuk mengistirahatkan badan dan fikiran. Ada yang berlibur ke luar negeri, ke luar kota, ataupun hanya jalan-jalan pagi di sekitar tempat tinggal. Begitupun dengan Jannah Liadin, namun weekend kali ini malah membuat ia syok berat dan dilanda kebingungan.
Ahad kemarin (22/11/2015), Jannah dan seorang temannya menikmati pagi hari libur mereka dengan berjalan-jalan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sedari pagi TMII sudah ramai oleh para pengunjung. Memanfaatkan hari libur. Ada yang bermain bulu tangkis, ada yang bersepeda, dan ada juga yang jogging, serta ada juga yang memang sengaja bertamasya.
Sepulang dari TMII, mahasiswi semester V STID Mohammad Natsir ini mampir ke sebuah mall ternama di Pondok Gede. Ia berniat menarik sejumlah uang dari ATM yang ia miliki. Rp. 100.000,-. Begitu Jannah menekan nominal angka yang akan ia ambil. Mesin ATM berbunyi tanda kalau sedang memproses permintaan Jannah. Alangkah terkejutnya mahasiswi asal Palembang ini, ternyata uang yang keluar, dua lembar uang seratus ribu. Berkali-kali ia mengecek struk pengambilan. Jumlah saldo berkurang sebagaimana nominal yang tarik.
“Awalnya saya ingin ke bank, tapi karena hari Ahad jadi saya memutuskan ke kantor pengelola mall tersebut. Sempat terfikir saya mau melapor ke security, namun saya urungkan.” Ungkap gadis yang sudah menginjak usia kepala dua ini.
“Tapi saya sangat kecewa. Pasalnya security yang berada di dalam kantor pengelola itu tidak peka melihat saya dan teman saya hampir setengah jam mondar mandir di depan kantornya. Karena takut serta kebingungan dengan kejadian itu. Akhirnya kami memberanikan diri masuk, dan menjelaskan kronologi kejadian yang kami alami.” Jannah melanjutkan ceritanya.
“Security itu malah bertanya balik kepada kami, uang itu mau diapakan. ‘Kalau saya tahu uang itu uang itu akan diapakan, saya tidak akan kesini.’ Saya bergumam dalam hati menjawab pertanyaan security tersebut. Uang itu akan diinfaqkan ke masjid mall itu kata securitynya. Setelah itu saya dan teman saya langsung pergi dari kantor yang berada di lantai tiga itu. Ya terserah kepada bapak itu uang itu mau diapakan, karena itu bukan hak saya.” Ungkap gadis berkerudung coklat muda tersebut kepada penulis.
Sa’at ditanya apakah ia menyesal menyerahkan selembar uang yang bergambarkan Sukarno- Hatta itu, dengan nada pelan ia menjawab, “Saya bukan menyesal karena telah menyerahkan uangnya, tapi saya menyesal tidak menginfaqkan uang itu dengan tangan saya sendiri. Dan saya tidak berharap kejadian ini terjadi lagi dengan saya. Saya tidak mau lagi kebingungan seperti kemarin. Mungkin kemarin saya bisa menjaga diri saya dari mengambil uang itu, tapi saya tidak tahu apakah saya bisa jujur kembali jika suatu saat hal ini terjadi lagi. Kalau kata teman saya, memilih antara nafsu dan kejujuran. Jadi lebih baik hal seperti ini tidak terulang lagi.” Jannah mengakhiri ceritanya.
Oleh Mahrun Nisak
Ahad kemarin (22/11/2015), Jannah dan seorang temannya menikmati pagi hari libur mereka dengan berjalan-jalan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sedari pagi TMII sudah ramai oleh para pengunjung. Memanfaatkan hari libur. Ada yang bermain bulu tangkis, ada yang bersepeda, dan ada juga yang jogging, serta ada juga yang memang sengaja bertamasya.
Sepulang dari TMII, mahasiswi semester V STID Mohammad Natsir ini mampir ke sebuah mall ternama di Pondok Gede. Ia berniat menarik sejumlah uang dari ATM yang ia miliki. Rp. 100.000,-. Begitu Jannah menekan nominal angka yang akan ia ambil. Mesin ATM berbunyi tanda kalau sedang memproses permintaan Jannah. Alangkah terkejutnya mahasiswi asal Palembang ini, ternyata uang yang keluar, dua lembar uang seratus ribu. Berkali-kali ia mengecek struk pengambilan. Jumlah saldo berkurang sebagaimana nominal yang tarik.
“Awalnya saya ingin ke bank, tapi karena hari Ahad jadi saya memutuskan ke kantor pengelola mall tersebut. Sempat terfikir saya mau melapor ke security, namun saya urungkan.” Ungkap gadis yang sudah menginjak usia kepala dua ini.
“Tapi saya sangat kecewa. Pasalnya security yang berada di dalam kantor pengelola itu tidak peka melihat saya dan teman saya hampir setengah jam mondar mandir di depan kantornya. Karena takut serta kebingungan dengan kejadian itu. Akhirnya kami memberanikan diri masuk, dan menjelaskan kronologi kejadian yang kami alami.” Jannah melanjutkan ceritanya.
“Security itu malah bertanya balik kepada kami, uang itu mau diapakan. ‘Kalau saya tahu uang itu uang itu akan diapakan, saya tidak akan kesini.’ Saya bergumam dalam hati menjawab pertanyaan security tersebut. Uang itu akan diinfaqkan ke masjid mall itu kata securitynya. Setelah itu saya dan teman saya langsung pergi dari kantor yang berada di lantai tiga itu. Ya terserah kepada bapak itu uang itu mau diapakan, karena itu bukan hak saya.” Ungkap gadis berkerudung coklat muda tersebut kepada penulis.
Sa’at ditanya apakah ia menyesal menyerahkan selembar uang yang bergambarkan Sukarno- Hatta itu, dengan nada pelan ia menjawab, “Saya bukan menyesal karena telah menyerahkan uangnya, tapi saya menyesal tidak menginfaqkan uang itu dengan tangan saya sendiri. Dan saya tidak berharap kejadian ini terjadi lagi dengan saya. Saya tidak mau lagi kebingungan seperti kemarin. Mungkin kemarin saya bisa menjaga diri saya dari mengambil uang itu, tapi saya tidak tahu apakah saya bisa jujur kembali jika suatu saat hal ini terjadi lagi. Kalau kata teman saya, memilih antara nafsu dan kejujuran. Jadi lebih baik hal seperti ini tidak terulang lagi.” Jannah mengakhiri ceritanya.
Oleh Mahrun Nisak
Tidak ada komentar