Reformasi Sistem Komunikasi di Indonesia[1]
Reformasi menginspirasi sebuah harapan baru. Tetapi
sulit, apalagi menyebutkan esensi yang sebenarnya, berubah untuk lebih baik dan
lebih kuat. Indonesia menggaungkan keinginan untuk beruah, namun kita kesulitan
luar biasa dalam menentukan titik darimana perubahan harus dimulai? Reformasi
yang baik itu seperti apa? Dalam hal ini kita sepakat untuk melakukan reformasi
dalam konteks politik dan arahnya adalah menata kembali sistem komuikasi untuk
masa de
pan Indonesia lebih baik, tapi di tahun 2015 ini problemnya luar biasa,
apakah reformasi komunikasi sudah berhasil atau tidak.
Tahu
2014, media sangat menyedihkan, 2015 tambah parah lagi, bagaimana provit
komersial tinggi mendorong transformasi pendidikan di Indonesia. Berfikir
formula yang terbaik di Indonesia seperti apa? 10 statsiun televisi bersaing
dalam satu arena yang sama
apakah layak? Yang ada adalah membunuh atau dibunuh, luar biasa. Praktek jurnalistik yang menyedihkan. Sehari-hari kita dikontruksikan realitas apa yang penting dan tidak penting oleh media.
apakah layak? Yang ada adalah membunuh atau dibunuh, luar biasa. Praktek jurnalistik yang menyedihkan. Sehari-hari kita dikontruksikan realitas apa yang penting dan tidak penting oleh media.
Masyarakat
dari masyarakat adalah sebuah komunikasi. Masyarakat adalah kumpulan dar
komunikasi. Komunikasi-komunikasi yang bergabung yang kemudian jadi system
masyarakat. Dulu para ahli sosiolog mengatakan bahwa masyarakat adalah kumpulan
dari sekelompok orang yang menyepakati nilai bersama, masih ada orangnya.
Sedangkan sekarang tidak perlu ada orang asalkan informasinya maka jadilah
komunikasi. Dari komunikasi tersebut kita berkomunikasi tanpa memikirkan benar
atau salah, itu nomor sekian.
Indonesia
luar biasa problemnya, perlu pendekatan, mengatasinya dengan “gila”, gila yang
perhitungan. Menentukan problem baru membuat fungsi kemudian membuat system.
Kalau tidak ada problem, komunikasi itu sulit. Komunikasi bisa jelas jika tahu
problemnya. Muncul problem tergantug kita bisa mengkomunikasinya atau tidak.
Bermula dengan komunikasi dan berakhir dengan komunikasi.
Sekarang,
jumlah penduduk Indonesia 250juta, tidak mungkin melakukan komunikasi face
to face, sehingga ada system komunikasi dengan adanya media massa (abad bermedia). Sehingga
bagaimana media mengkontraksi bagaimana cara pandang kita. Jadi mereka yang
menentukan penting tidak pentingnya informasi yang disajikan dalam headline.
Dan ini merupakan basis/dasar dari berfungsinya sistem kita, tergantung media
yang komunikasikan. Sistem yang paling kuat akan menang.
Dalam infostate developmen level yang dirumuskan
Shattered, tingkat posisi informasi masyarakat Indonesia masuk kesemua
level, mulai dari hunter, farmer, wroker, executive dan artis, level
bawah hingga level atas semua ada. Sehingga kita harus bisa merumuskan
bagaimana sistem komunikasi tiap level/posisi tersebut. Harus difikir dan
dirumuskan serta diputuskan bagaimana membangun sistem, menyelesaikan problem.
Perlu diketahui problemnya, saking banyaknya problem. Sedangkan kita hanya bisa
menyelesaikan satu problem dan lainnya menyusul.
Selanjutnya adalah mengurai sistem yang membelenggu.
Kemudian dibutuhkan komunikasi yang selektif, bukan yang maksimal. Kemampuan
interpretasi dan refleksi juga sangat dibutuhkan dalam membangun sistem.
Terakhir, bagaimana sistem KPI nantinya terwujwud di
Indonesia, maka kita semua bertanggung jawab untuk merusmuskannya. Harus siap
dengan konflik dan tidak mudah putus asa terhadap konflik, karena dengan konflik sistem
akan berkembang.
[1]
Hermin Indah Wahyuni,
pada seminar nasional “Reformasi Komunikasi dan Penyiaran Islam di Indonesia”
Tidak ada komentar