Sejarah Maulidan………!
Oleh: Anis Marsella
Perayaan
maulidan pertama kali diadakan oleh para penguasa kerajaan ‘Ubaidiyyah (Fathimiyah)
yang sesat dan menyesatkan. Yang nantinya akan kita bahas mengenai kesesatan
mereka.
Sejarah
Perkembangan Maulidan Di Dunia Islam……!
Periode perkembangan maulidan di dunia islam terbagi menjadi 6 periode:
Periode perkembangan maulidan di dunia islam terbagi menjadi 6 periode:
Periode ke-1: Di mulai dari masa kekuasaan seorang raja kerajaan bani ‘ubaidiyyah (fathimiyah) di mesir. Yakni pada masa kekuasaan raja Al-Mu’iz Lidinillah, seorang raja ke-4. Dialah yang pertama kali mengadakan perayaan maulidan di Kairo, tepatnya pada tahun 362-an H. dan ia juga merayakan maulid Ali, Fathimah, Hasan, Husein dan lainnya. Dan diantara sebab yang mendorongnya untuk merayakannya adalah:
· Untuk
menarik simpatik rakyat mesir saat itu, yang sangat membenci penguasa mereka.
· Ingin
menampilkan dihadapan kaum muslimin bahwa mereka adalah orang-orang yang mencintai nabi dan ahlul baitnya, padahal mereka itu adalah orang-orang zindiq
(yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran yang nyata).
Periode ke-3: setelah panglima
Al-Afdhal wafat, maulidan kembali dimarakkan oleh para penguasa kerajaan ‘Ubaidiyyah
(Fathimiyyah), khususnya pada masa kerajaan raja Al-Amir Biahkamillah pada
tahun 524 H.[2]
Periode ke-4: bid’ah
perayaan maulidan menyebar luas dari Mesir sampai ke Irak, tepatnya di kota Mausil.
Dan yang pertama kali memarakkan perayaan ini di Irak adalah seorang ahli
ibadah yang bernama Syaikh Umar Bi Muhammad Al-Malla, seorang pengikut ajaran sufi
yang tinggal di kota Mausil kurang lebih pada abad ke-6 H. kemungkinan
besar ia mengambil ajaran maulidan ini dari perayaan yang sering dilakukan oleh
para penguasa ‘Ubaidiyyah (Fathimiyyah).
Periode ke-5: begitupun
seterusnya perayaan maulidan terus dilakukan, sampai datangnya seorang panglima
besar islam yang bernama Shalahuddin Al-Ayyubi, kemudian ia melenyapkan
perayaan maulidan dan meruntuhkan kerajaan ‘Ubaidiyyah (Fathimiyyah), di mesir
dan sekitarnya.
Periode ke-6: dimarakkan lagi melalui usaha gigih yang dilakukan oleh penguasa kota Irbil yang bernama Muzhaffar, yakni iparnya raja Shalahuddin Al-Ayyubi. Sehingga perayaan maulidan menjadi marak dan menyebar luas sampai saat ini…..
Penjajah
Kolonial Menyukai Acara Perayaan Maulidan Untuk Melemahkan Kekuatan Kaum
Muslimin ……!
Napoleon
Bonaparte memperingati maulidan saat menjajah mesir…!
Pada bulan
rabi’ul awwal, tahun 1213 H, seorang penjajah Prancis bernama Shari bertanya
kepada tentara tentang mengapa tidak dirayakannya maulidan?, Maka Syeikh
Al-Bakri beralasan bahwa keadaan tidak memungkinkan dan bayak yang harus
diselesaikan serta tidak adanya dana untuk merayakannya. Maka Shari berkata:
“harus tetap dirayakan. Dan Shari memberikan uang untuk perayaan maulidan
sebesar 300 riyal prancis……….”.
Alasannya adalah : “ dan para penjajah
prancis telah memberikan kebebasan kepada rakyat untuk merayakan maulidan,
lantaran mereka melihat dalam acara ini, kaum muslimin telah keluar dari ajaran
islam yang sebenarnya, seperti bercampur baurnya kaum laki-laki dan perempuan tanpa
batas, dan mengadaka berbagai macam kemaksiatan yang diharsmkan oleh agama”.[3]
Di kutip dari
kitab: "Benarkah
Shalahuddin Al-Ayyubi Merayakan Maulid Nabi Saw." Karangan ibnu saini bin
Muhammad bin musa.
[1]
Lihat riwayat hidupnya di kitab: siyar a’lamin nubala (XIX/507-510), Wafayatul
A’yan (Ii/448-451), Al-A’lam (I:103).
[2]
Lihat kitab : al-ibda’ fi madharil ibtida’ hal: 254 dst.
[3]
Lihat semua keterangan diatas dalam kitab al-maulidun nabawi tarikhuhu
hukmuhu atsaruhu wa aqwalul ‘ulama fihi hal: 12.
Tidak ada komentar