Tentang Taubatnya Imam Abul Hasan Al-Asy’ary
Oleh: anis marsella
Siapakah Abul hasan Al-Asy ’ary??????
Beliau adalah Ali bin Isma’il bin Ishaq bin
Salim bin Isma’il bin ‘Abdullah bin Musa bin Abi Burdah bin Abu Musa
Al-Asy’ary. Lahir pada tahun 260 H.
Berikut perjalanan hidup beliau..
Imam Abul hasan Al-asy ’ary datang ke kota Baghdad dan mengambil
hadits dari al-hafidz Zakariya bin Yahya As-Saajy (salah seorang imam hadits
dan fiqih ). beliau juga mengambil ilmu kalam dari gurunya yaitu suami ibunya
yakni Abi Ali Al-Juba’I, salah seorang tokoh mu’tazilah.
Setelah beliau mendalami ilmu kalam dan mencapai puncaknya, beliau mengajukan beberapa pertanyaan kepada gurunya, namun beliau tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga membuat beliau bingung?. Sehingga selama beberapa malam, beliau merasa gelisah dengan aqidah yang sedang beliau pegang, lantas beliau berdiri dan melaksanakan sholat dua rakaat. Lalu berdo’a kemudian tidur. didalam tidurnya beliau bertemu Rasulullah saw. Dan Rasulullah bersabda didalam mimpinya ” peganglah sunnahku..!! “ lalu beliau terbangun. setelah itu beliau membandingakn masalah-masalah ilmu kalam dengan Al-qur’an dan Hadits. Lalu beliau berkesimpulan untuk berpegang pada Al-qur’an dan Hadits serta membuang ilmu-ilmu sebelumnya.
Pernah suatu ketika terjadi perdebatan Antara beliau dengan
gurunya (Al-juba’i), yang hasilnya mematahkan kekuatan semua pelaku bid’ah dan
tukang debat. Beliau mengajukan 3 buah pertanyaan kepada gurunya tentang 3
orang bersaudara.
1. seorang mu’min baik dan bertaqwa.
2. Kafir baik dan jahat.
3. Masih kecil.
Kemudian ketiganya mati. bagaimana keadaan
mereka nanti ?? Al-Juba’I menjawab : “adapun yang mu’min berada di tempat yang
tinggi (syurga), sedang yang kedua di tempat yang paling rendah (neraka), dan
yang masih kecil termasuk orang yang selamat (dari neraka).
Al-asy ‘ary bertanya lagi “ jika si kecil akan
pergi ke tempat saudaranya yang mu’min apakah ia akan di beri izin? ”.Al-Juba’I
menjawab “ tidak boleh! karena akan dikatakan kepadanya bahwa saudaramu dapat
mencapai derajat ini karena ia beramal, sementara kamu tidak mempunyai amal ketaatan.
Al-asy ‘ary betanya lagi ” Jika sikecil menjawab:” kesalahan ini tidak terletak padaku,
karena Allah tidak membiarkan usiaku panjang dan tidak mebiarkan aku
melaksanakan ketaaatan”. Al-juba’I berkata: “Allah SWT. Akan berkata ” aku
mengetahui jika usiamu panjang, kamu akan menjadi orang yang durhaka dan
berarti kamu akan mendapat azab yang pedih. maka hal itu dilakukan karena
kemaslahatanmu. Al-asy ‘ary berkata: ” jika saudara yang kedua berkata: ”wahai
Allah semesta alam, sebagaimana engkau mengetahui keadaanya, begitu juga engkau
mengetahui keadaanku, lantas kenapa engkau tidak memerhatikan kemaslahatanku?.
Mendengar hal itu Al-juma’I pun terdiam.”
Abul hasan al-asy ’ary adalah seorang yang
bermazhab mu’tazilah dan beliau memegang mazhab ini selama 40 tahun. kemudian
beliau menghilang selama 15 hari, kemudian tiba-tiba muncul di masjid jami’
kota basrah dan naik ke atas mimbar setelah shalat jum’at seraya berkata: ” para
hadirin sekalian, aku menghilang selama 15
hari karena ada dalili-dalil yag bertentangan dan sama kuat, dan aku tidak
dapat membedakan mana yang hak dan mana
yang batil, dan sebaliknya. Dulu aku berkeyakinan bahwa al-qur’an adalah
makhluk, dan diakhirat kelak makhluk tidak dapat melihat allah dan para hamba
menciftakan perbuatannya sendiri. Sekarang aku bertaubat dari aliran mu’tazilah
dan aku akan membantah aliran mu’tazilah, dan aku melepaskan semua aqidah yang
aku pegang dahulu sebagaimana aku melepas bajuku ini”.
Abul hasan Al-Asy’ari bertaubat melalui tiga
tahapan :
- Tahapan pertama: madzhab mu’tazilah yang telah beliau tinggalkan scara total.
- Tahapan kedua: penetapan sifat aqliyah yang tujuh :hayaat, ilmu, qudrah, iradah, mendengar, melihat, berkata-kata, dan mentakwil khabar tentang wajah, dua tangan, kaki, betis,dan yang semisalnya.
- Tahapan ketiga: menetapkan semua sifat-sifat allah dengan tidak menanyakan tentang kaifiyahnya, tidak menyerupakannya dengan makhluk, dan memebiarkannya menurut kaidah- kaidah manhaj salaf.
Beliau wafat pada tahun 324 H. dan sebelum
wafat beliau adalah seorang pengikut manhaj salaf sejati. dan diantara
buku-buku karya beliau adalah al-ibanah ‘an ushuulid diyaanah, al-maqaalaat
al-islaamiyyin, al-luma’, tafsir al-mukhtazin dan al-fushul fir raad ‘alaa al-mulhidin wal al- khaarijin minal
millah.
Dikutip dari: Al- ibanah buku putih imam al-asy’ ary
yang ditulis oleh Imam abul hasan
al-asy’ ary sendiri……..!!!
Tidak ada komentar