Da’wah dan Aktivitas Membaca
Menjadi seorang penda’wah merupakan pekerjaan
mulia di hadapan Allah ta’ala. Da’wah mengajarkan manusia beribadah,
berinteraksi dengan Allah dan bermuamalah kepada sesama manusia. Aktivitas
da’wah bila diibaratkan seperti air dalam sebuah teko yang dituangkan ke gelas.
Da’i diilustrasikan sebagai teko, sedang air sebagai ilmu dan gelas ialah mad’u.
Gelas akan terisi bila teko memiliki isi. Bagaimana agar teko terus terisi?
Da’i hendaknya menambah ilmu dengan membaca. Semakin ia belajar dan membaca
buku, maka semakin besar peluang ilmu yang ia bagikan.
Da’i dituntut untuk terus belajar dan memperkaya
ilmunya dengan membaca baik Al-Qur’an maupun buku-buku. Seorang pengajar yang
tidak memiliki referensi sering kali menggunakan logika akal sehingga banyak
menyimpang. Berbeda dengan da’i yang akrab dengan membaca, ia memiliki
perbendaharaan ilmu yang luas. Dalam kondisi mendadak ia diminta untuk mengisi
ceramah maka ia telah siap. Ia hanya butuh tema apa yang hendak ia sampaikan.
Lalu, secara mengalir ia memaparkan materi.
Realita saat ini para da’i muda belum sadar
akan pentingnya membaca buku untuk menunjang kelanjutan da’wahnya. Mereka masih sibuk dengan sosial media dan
gadgetnya. Masih sibuk menulis status atau sekedar berselancar di dunia maya.
Buku-buku jarang disentuh bahkan untuk menghabiskan satu buku dalam sebulan pun
sulit.
Antara da’wah dan membaca buku memiliki
hubungan yang kuat. Da’wah tanpa membaca buku bagai menuang dari teko yang
kosong. Sedang membaca buku tanpa da’wah seperti teko yang dibiarkan begitu
saja. Membaca buku adalah upaya untuk memperkaya pengetahuan dan pemahaman. Adapun
da’wah sebagai sarana menebarkan kebaikan dan meningkatkan kekuatan hafalan.
Akan
nyata beda antara da’i berbekal banyak bacaan dibandingkan da’i yang minim
bacaan. Da’i yang rutin membaca tidak akan kesulitan menyebutkan referensi atas
dalil, hadits dan data yang ia sampaikan. Biasanya ia juga tidak fanatik
terhadap satu pemahaman, ia akan bersikap moderat. Ia mampu menerima perbedaan
pendapat dalam masalah fiqih, namun kokoh dalam masalah aqidah.
Sebagai penerus tongkat estafet da’wah
hendaknya kita mengingat kembali firman Allah ta’ala tentang perintah membaca.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ (١)خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣)
“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,” (Qs. Al-Alaq: 1-3)
Dengan mengingat ayat tersebut semoga dapat menumbuhkan
minat dan semangat kita dalam membaca. (Desi.R)
Tidak ada komentar