Sebagai Guru Penting Mengenal Mikro Teaching
Minggu, (30/09/18) bidang karakter kampus C akhwat STID Mohammad Natsir mengadakan Dauroh Micro Teaching yang diikuti khusus oleh mahasiswi semester 3 dan semester 5 pindahan. Dauroh yang dikemas dengan sharing pengalaman bersama Ustadzah Ririn Yahyani, S.Pd.I ini berlangsung dari mulai ba’da dzuhur pukul 13:00 sampai ba’da ashar pukul 17:00 WIB, dengan tujuan memberi bekal kepada mahasisiwi semester 3 yang telah mulai melaksanakan praktikum dakwah, dan memberikan gambaran metode da’wah di kampus c akhwat STID Mohammad Natsir kepada mahasiswi pindahan semester 5 dengan mad’u anak-anak TPA.
“Rata-rata para lulusan STID Moh. Natsir ini selalu menjadi guru, namun kita jangan hanya menjadi guru, tapi harus menjadi pendidik, disamping mentransfer ilmu juga harus mampu merubah sikap dan pola pikir anak didik, karena yang penting itu adalah adanya perubahan sikap, bukan hanya perubahan dalam kognitif, afektif, maupun psikomotorik.” Ucap Ustadzah Ririn disela penjelasannya mengenai mikro teaching.
Mikro adalah kecil dan teaching adalah pengajaran, mikro teaching berarti metode pembelajaran atau cara mengajar anak kecil. Demikian yang pada dauroh ini lebih ditekankan kepada anak TPA sebagai medan dakwah atau target dakwah akhwat Kampus C STID Moh. Natsir terutama dalam memenuhi tugas mata kuliah praktikum dakwah semester 3 selama satu tahun kedepan.
Mikro teaching ini terbagi kedalam tiga hal, yakni persiapan sebelum mengajar, persiapan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, serta yang terakhir KBM atau Kegiatan Belajar Mengajar.
Dalam proses pelaksanaannya adalah suatu kesalahan jika seseorang langsung terjun kedalam dunia pendidikan atau dunia mengajar tanpa memiliki persiapan (prepare), diantara bentuk persiapan yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah mengenal lebih baik lembaga yang akan diterjuni dan mengenal dengan baik kelas serta murid yang akan kita ajari.
“Minimal kita tahu latar belakang, nilai, serta kemampuan dari murid yang akan kita ajari agar kita bisa memahami mereka dan menentukan sikap terhadap mereka, karena akan ada perbedaan dalam cara bicara kita, saat kita berbicara kepada anak yang melankolis dengan anak yang keras juga aktif, “ ujar Ustadzah Ririn yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Ummi Ririn.
“Kalian tidak bisa teriak-teriak kepada anak yang melankolis, yang ada ntar mereka nangis” ucap ummi Ririn sambil tertawa yang disambut oleh tawa juga dari mahasisiwi.
Selain itu umi Ririn membolehkan mahasiswi untuk mengajari anak-anak lagu Islami.
“tidak apa anak-anak diajari lagu, asal Islami. Boleh ngambil nada dari lagu yang lain, tapi liriknya diganti.” (Sri Rahayu/STID Moh. Natsir)
Tidak ada komentar