Wisuda Sebuah Keberhasilan, Bukan Titik Akhir dan Bukan Ceremonial Belaka
"Wisuda Sebuah Keberhasilan; Bukan Titik Akhir dan Bukan Ceremonial Belaka"
Sabtu, 06 Oktober 2018 diadakan wisuda sarjana strata 1 ke- VIII STID Mohammad Natsir. Acara ini dibuka oleh ketua senat akademik Dr. Mohammad Noer yang dilanjutkan dengan sambutan ketua STID Mohammad Natsir, Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I
Wisuda ini merupakan salah satu pencapaian titik keberhasilan. Keberhasilan mendidik yang dicapai STID tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Seperti yang disampaikan ketua STID dalam sambutannya. Beliau menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat. "Semoga kebaikan semua dibalas dan menjadi amal jariyah," harapnya dalam sambutan pagi itu.
Ustadz Dwi menerangkan kepada seluruh hadirin yang memenuhi aula masjid al-Furqon lantai 2 tersebut bahwa, STID bukan semata-mata lembaga pendidikan. Tetapi, di lain sisi merupakan sistem kaderisasi yang mencetak da'i untuk menjadi da'i ilallah. Kaderisasi ini mempunyai tiga tahapan yang di antaranya adalah; pembinaan berbasis asrama, pembinaan berbasis masjid dan pembinaan berbasis lapangan yang saat ini akan ditempuh oleh para wisudawan-wisudawati selanjutnya.
Wisuda yang diikuti 81 peserta ini, bukan sekedar bermakna ceremonial belaka. "Makna wisuda tidak semata-mata ceremonial belaka. Tetapi wisuda adalah gerbang perubahan status dari calon da'i-da'iyah menjadi da'i-da'iyah yang sesungguhnya," terang ustadz Dwi Budiman.
Terakhir dalam sambutannya ustadz Dwi berpesan kepada peserta wisudawan-wisudawati sebagai mahasiswa yang dikader oleh STID menjadi da'i ilallah, tentunya harus ingat akan pesan Pak Natsir bahwa sudah menjadi kepastian bagi seorang da'i akan datangnya ujian dan cobaan. Baik dari eksternal maupun internal. Baik soal ujian, pujian, rayuan maupun intimidasi yang membuat para pendakwah berguguran di jalan dakwah. Kunci dari ini semua adalah senantiasa kembali kepada Allah.
"Senantiasa menjaga hubungan dengan Allah, menjaga kedekatan denganNya. Menjadi bagian dari umat. Sehingga sedih dan senangnya umat menjadi sedih dan senangnya da'i," Pesan ustadz Dwi mengutip perkataan Mohammad Natsir dalam buku Fiqhud Da'wah.
(Nuha Bilqisti)
Sabtu, 06 Oktober 2018 diadakan wisuda sarjana strata 1 ke- VIII STID Mohammad Natsir. Acara ini dibuka oleh ketua senat akademik Dr. Mohammad Noer yang dilanjutkan dengan sambutan ketua STID Mohammad Natsir, Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I
Wisuda ini merupakan salah satu pencapaian titik keberhasilan. Keberhasilan mendidik yang dicapai STID tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Seperti yang disampaikan ketua STID dalam sambutannya. Beliau menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat. "Semoga kebaikan semua dibalas dan menjadi amal jariyah," harapnya dalam sambutan pagi itu.
Ustadz Dwi menerangkan kepada seluruh hadirin yang memenuhi aula masjid al-Furqon lantai 2 tersebut bahwa, STID bukan semata-mata lembaga pendidikan. Tetapi, di lain sisi merupakan sistem kaderisasi yang mencetak da'i untuk menjadi da'i ilallah. Kaderisasi ini mempunyai tiga tahapan yang di antaranya adalah; pembinaan berbasis asrama, pembinaan berbasis masjid dan pembinaan berbasis lapangan yang saat ini akan ditempuh oleh para wisudawan-wisudawati selanjutnya.
Wisuda yang diikuti 81 peserta ini, bukan sekedar bermakna ceremonial belaka. "Makna wisuda tidak semata-mata ceremonial belaka. Tetapi wisuda adalah gerbang perubahan status dari calon da'i-da'iyah menjadi da'i-da'iyah yang sesungguhnya," terang ustadz Dwi Budiman.
Terakhir dalam sambutannya ustadz Dwi berpesan kepada peserta wisudawan-wisudawati sebagai mahasiswa yang dikader oleh STID menjadi da'i ilallah, tentunya harus ingat akan pesan Pak Natsir bahwa sudah menjadi kepastian bagi seorang da'i akan datangnya ujian dan cobaan. Baik dari eksternal maupun internal. Baik soal ujian, pujian, rayuan maupun intimidasi yang membuat para pendakwah berguguran di jalan dakwah. Kunci dari ini semua adalah senantiasa kembali kepada Allah.
"Senantiasa menjaga hubungan dengan Allah, menjaga kedekatan denganNya. Menjadi bagian dari umat. Sehingga sedih dan senangnya umat menjadi sedih dan senangnya da'i," Pesan ustadz Dwi mengutip perkataan Mohammad Natsir dalam buku Fiqhud Da'wah.
(Nuha Bilqisti)
Tidak ada komentar