Mahasiswi STID Masuk ke Dapur Replublika
"Mahasiswi STID Masuk ke Dapur Republika"
Menunjang materi perkuliahan Produksi Media Cetak dan Internet, Ir. Mahladi mengajak seluruh mahasiswi semester 7 untuk masuk ke dapur media online dan cetak Republika di Buncit, Jakarta Selatan.
25 orang mahasiswi yang mengikuti kegiatan ini, dijamu langsung oleh Subroto salah seorang redaktur pelaksana media cetak, Iwan pimpinan media online beserta wartawan-wartwan lainnya. Kegiatan diisi dengan sharing mengenai sistem dan langkah pembuatan koran beserta media online.
Subroto memaparkan kepada mahasiswi, bahwa Republika yang hadir pada 5 Januari 1993 tersebut, merupakan media yang dipelopori oleh ICMI dan BJ. Habibie sebagai sarana komunikasi umat Muslim di Indonesia. "Republika ini adalah corong bagi umat Islam di Indonesia," katanya pada Kamis sore, 15 November 2018 lalu.
Dalam kinjerjanya, wartwan Republika terutama media online dituntut untuk menyetor berita minimal 150 berita dalam sepekan.
"Memang harus begitu, menyetor banyak berita dengan tidak melupakan kualitas dari berita tersebut. Jika wartawannya kurang beregerak dan berkualitas, maka resikonya dia akan terus menjadi wartawan. Tidak akan naik menjadi redaktur dan sebagainya," tambah Iwan salah seorang redaktur media Online.
Terlihat beberapa mahasiswi tertarik terjun di dunia jurnalis yang ditandai dengan pertanyaan seputar persyaratan menjadi wartawan magang Republika, serta bertanya mengenai bagaimana sikap Republika sebagai media Islam yang menghadapi berita hoax.
Selain itu, mahasiswi berkesempatan berkeliling mengitari isi gedung 3 lantai tersebut dengan dibersamai langsung oleh Subroto dan rekan-rekan media lainnya.
[Nuha Bilqisti]
Menunjang materi perkuliahan Produksi Media Cetak dan Internet, Ir. Mahladi mengajak seluruh mahasiswi semester 7 untuk masuk ke dapur media online dan cetak Republika di Buncit, Jakarta Selatan.
25 orang mahasiswi yang mengikuti kegiatan ini, dijamu langsung oleh Subroto salah seorang redaktur pelaksana media cetak, Iwan pimpinan media online beserta wartawan-wartwan lainnya. Kegiatan diisi dengan sharing mengenai sistem dan langkah pembuatan koran beserta media online.
Subroto memaparkan kepada mahasiswi, bahwa Republika yang hadir pada 5 Januari 1993 tersebut, merupakan media yang dipelopori oleh ICMI dan BJ. Habibie sebagai sarana komunikasi umat Muslim di Indonesia. "Republika ini adalah corong bagi umat Islam di Indonesia," katanya pada Kamis sore, 15 November 2018 lalu.
Dalam kinjerjanya, wartwan Republika terutama media online dituntut untuk menyetor berita minimal 150 berita dalam sepekan.
"Memang harus begitu, menyetor banyak berita dengan tidak melupakan kualitas dari berita tersebut. Jika wartawannya kurang beregerak dan berkualitas, maka resikonya dia akan terus menjadi wartawan. Tidak akan naik menjadi redaktur dan sebagainya," tambah Iwan salah seorang redaktur media Online.
Terlihat beberapa mahasiswi tertarik terjun di dunia jurnalis yang ditandai dengan pertanyaan seputar persyaratan menjadi wartawan magang Republika, serta bertanya mengenai bagaimana sikap Republika sebagai media Islam yang menghadapi berita hoax.
Selain itu, mahasiswi berkesempatan berkeliling mengitari isi gedung 3 lantai tersebut dengan dibersamai langsung oleh Subroto dan rekan-rekan media lainnya.
[Nuha Bilqisti]
Tidak ada komentar