Berbagi Kisah dari Da'i Mentawai
Perjalanan Da'wah yang ditempuh oleh Ustadzah Puji Utami, S.Sos, lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah Mohammad Natsir, yang ditugaskan di kepulauan Mentawai selama tiga tahun bersama suaminya, memberikan semangat serta haru yang dirasakan oleh seluruh mahasiswi STID. Pasalnya acara ini diselenggarakan oleh bidang LPM yang dipegang oleh Ustadzah Fadilah.
Sekitar tahun 2016 Ustadzah Puji berangkat ke kepulauan Mentawai satu bulan setelah suaminya berangkat ke medan da'wah, dengan berbekal lafadz bismillah serta keyakinan beliau memulai da'wahnya. Di tahun pertama tantangan yang beliau hadapi yaitu adaptasi terhadap masyarakat kepulauan Mentawai.
Penduduk kepulauan Mentawai mayoritas berstatus muallaf namun ada juga yang sudah masuk Islam terlebih dahulu akan tetapi kurang adanya pembinaan baik dari aspek agama maupun akhlak. Tugas yang diemban oleh Ustadzah Puji yaitu membina sebuah panti yang mana didalamnya mayoritas anak-anak dari kepulauan. Keadaan anak anak panti tersebut sangatlah memprihatinkan terlebih anak-anak yang berasal dari kepulauan kecil. Mayoritas mereka memiliki latar belakang yang sama baik dari segi ekonomi ataupun sosial.
"Ketika berkeliling di sekitar panti saya melihat keadaan dapur sangat berantakan seperti kapal pecah, otomatis saya langsung membersihkan dapur, beberapa lama kemudian datanglah seorang anak yang baru pulang dari sekolah, anak itu melihat apa yang saya kerjakan namun sikapnya tidak peduli ditambah tidak bertanya sedikit pun. Begitu pun seterusnya, anak-anak yang berdatangan setelah pulang sekolah melihat apa yang saya kerjakan namun mereka tidak peduli dan tidak mempunyai rasa kepekaan dari diri mereka. Dan saat itulah tugas pertama yang harus saya kerjakan yaitu menanamkan serta membangun kepekaan terhadap lingkungan kepada anak-anak panti." Ucap Ustadzah asal Palembang.
Dari cerita tersebut kita bisa lihat bahwa anak-anak tersebut sangat memprihatikan, mereka kurang mendapatkan didikan akhlak dari orang tuanya. Disisi lain keadaan orang tuanya pun jauh lebih memprihatinkan karena minimnya ilmu.
Tidak hanya sampai disitu, tantangan yang dihadapi oleh Ustadzah dari tiga orang anak tersebut yaitu ketika menghadapi salah satu anak didiknya yang ada dipanti, anak itu berusia sekitar 7 tahun, ia mengalami keterbelakangan mental yang disebabkan karena bullying oleh kakak-kakak yang berada dipanti tersebut. Karena anak tersebut lebih muda dari anak-anak lainnya, Maka anak kecil itu dimanfaatkan untuk mengerjakan kepentingan dari anak yang lebih tua darinya. Jika anak itu menolak permintaan dari kakak-kakak diatasnya, mereka tidak segan-segan melakukan tindakan yang menjurus kepada kekerasan seperti memukul ataupun menjambak rambut si Ade kecil tersebut.
Sampai pada akhirnya salah satu anak lainnya mengadu hal tersebut kepada ustadzah Puji dan beliau secepatnya mengambil tindakan dengan menanyakan kronologinya serta menasehati anak yang bersangkutan. Namun tetap saja perlakuan yang didapatkan oleh Ade kecil tersebut makin menjadi-jadi. Sampai akhirnya dampak yang terjadi dari peristiwa ini membuat si Ade kecil ini menjadi pribadi yang keras, sampai-sampai ia berani memalak uang milik temannya sendiri dan tidak segan-segan melukai temannya jika tidak dituruti keinginannya.
Ketika Ustadzah Puji memberikan nasehat kepada anak-anak didiknya beliau tidak sedikitpun ada kata kata yang menghujat mereka ataupun menyalahkan mereka. Beliau menuturkan "Bukan kalian yang salah ataupun kalian yang nakal tapi cara saya yang belum tepat dalam mendidik serta membina kalian."
Kisah tantangan yang ada di kepulauan Mentawai merupakan bagian kecil dari semua tantangan yang akan kita hadapi nanti. Persiapkan diri serta bekal untuk kita yang akan menghadapi tantangan dikemudian hari, jangan sia-siakan waktu yang tersedia sekarang hanya untuk berleha-leha sebab ada mad'u yang menanti kehadiran seorang da'i.
(Hilmalina/Marwah)
Tidak ada komentar