Ibadah Sebagai Tujuan Hidup Manusia di Dunia
Ibadah Sebagai Tujuan Hidup Manusia di Dunia
Sebagai manusia yang hidup di bumi Allah, tentunya kita tak ditempatkan begitu saja tanpa alasan. Artinya, setidaknya ada satu tujuan yang harus dicapai selama hidup di Bumi Allah ini.
Selintas kita berfikir bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk kembali ke tempat asalnya yang mulia, tempat pertama dimana Adam diciptakan untuk mejadi penghuninya, dimana lagi jika bukan Surga yang penuh dengan kenikmatan.
Namun, pernahkah kita berfikir jika tujuan kembali ke Surga tidak butuh proses selama manusia masih hidup di dunia? Tentu saja tidak. Karena di samping Surga, Allah Swt. menciptakan Neraka. Jangan sampai kita salah langkah dalam mencapai tujuan mulia tersebut.
Dengan adanya proses yang harus diperjuangkan untuk kembali ke Surga, ini berarti bahwa menjalani kehidupan di dunia memiliki tujuan dasar untuk meraih kenikmatan hidup yang abadi di Surga setelah menempuh kehidupan yang fana di dunia.
Dalam hal ini, kehidupan yang dijalani manusia memang hanya untuk satu tujuan yang harus di tempuh, yaitu adalah untuk beribadah (mengabdi/menghambakan diri) kepada Allah Swt. Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt. dalam QS. Adz-Dzariyat: 56.
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Apa itu Ibadah?
Secara umum, Ibnu Taimiyyah mendefinisikan ibadah sebagai berikut.
إسم جامع لكلَ ما يحبّه الله و يرضاه ظاهرة أو باطنة
Sebuah nama/ungkapan/sebutan yang mencakup semua apa-apa yang dicintai dan diridai Allah , baik secara nampak/sengaja maupun tersembunyi/ tidak sengaja.
Jika kita merujuk pada definisi tersebut di atas, maka ibadah bisa berasal dari semua aktifitas dan kegiatan manusia sehari-hari, tentunya dengan syarat (1) Dicintai Allah Swt.; dan (2) Diridai Allah Swt.
Hal ini menuju pada pertanyaan berikutnya tentang bagaimana agar manusia dicintai dan diridai oleh Allah Swt?
Bagaimana agar Aktifitas Manusia Dicintai Allah Swt?
Allah Swt. memiliki sifat Rahman dan Rahim yang secara sederhana kita fahami adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, artinya bahwa Allah Swt (secara hakikat) cinta kepada seluruh mahluknya. Namun dalam konteks ibadah, segala aktifitas/kegiatan yang dijalani manusia tidak semua dicintai olehNya.
Agar manusia mendapat cintaNya dari setiap gerak dan langkahnya, Allah Swt. telah memberikan petunjuk dalam firmannya QS. Ali Imran: 31
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
Katakanlah (olehmu, Muhammad): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Bahwa meraih cinta dari Allah Swt. adalah mengamalkan syariat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan mengikuti sunnahNya serta menjadikanNya sebagai teladan bagi manusia seluruhnya, khususnya dalam hal ibadah kepada Allah Swt.
Ibadah yang kita lakukan harus merujuk kepada apa yang Nabi Muhammad Saw. contohkan. Karena berdampak pada sah dan tidaknya ibadah tersebut bahkan tidak diakui sebagai umatNya. Nabi Saw. bersabda,
من أحدث في أمرِنا هذا ما ليس منه فهو ردّ
Barangsiapa mengada-ada suatu dalam urusan (agama, ibadah) kami yangtidak termasuk darinya, maka ia tertolak (HR Bukhari, dari ‘Aisyah ra.)
Muslim menambahkan,
من عمل عملًا ليس عليه أمرُنا فهو ردّ
Barangsiapa mengerjakan perbuatan yang tidak dari urusan (agama) kami, maka ia tertolak.
Banyak sekali hadis-hadis yang menunjukkan bahwa Nabi mencontohkan beberapa aktifitas kesehariannya, seperti makan dan minum, berdoa saat melakukan beberapa kegiatan, mendahulukan yang kanan saat memakai sandal, dll. Juga dalam hal ibadah seperti kaifiyat shalat, puasa, zakat, haji, dll.
Bagaimana agar Aktifitas Manusia Diridai Allah Swt?
Salah satu upaya agar aktifitas manusia diridai Allah Swt adalah melakukannya dengan ikhlas, menetapkan niat melakukan segala aktifitas hanya untuk Allah saja. Sabda Nabi Saw.
إنّما الأعمال بالنيّات و إنّما لكلّ امرئ ما نوى فمن كانت هجرته إلى الله و رسوله فهجرته إلى الله و رسوله...
Sesungguhnya segala perbuatan itu ada niatnya, dan (tujuan) segala urusan itu tergantung pada apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang (tujuan) hijrahnya untuk Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya (akan dicatat ikhlas, pen.) untuk Allah dan Rasulnya...
Alasan mengapa segala aktifitas harus didasari dengan ikhlas adalah karena tidak semua aktifitas yang terlihat baik didasari dengan niat yang baik pula, pun sebaliknya tidak semua aktifitas yang terlihat buruk didasari dengan niat yang buruk pula.
Sebagai contoh, seorang santri mengerjakan Shalat dengan sangat teliti dalam setiap geraknya, namun ia dasari niatnya melakukan Shalat itu adalah karena dia sedang mengikuti ujian praktek di Sekolahnya. Maka hal itu tidak dinilai sebagai perbuatan yang ikhlas, meskipun dia melakukan Shalat sesuai kaifiyat, dan tidak akan mendapat rida Allah Swt.
Mengapa Ibadah?
Tentu ibadah akan membawa kita kepada tujuan akhir manusia hidup di dunia. Sedikitnya, ada dua tujuan dari ibadah, yaitu:
Pertama, agar Manusia Tetap Berada dalam Kemuliaan.
Pertama, agar Manusia Tetap Berada dalam Kemuliaan.
Firman Allah Swt. dalam QS. Al-Israa`: 70.
وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia diciptakan dengan derajat yang mulia, bahkan lebih mulia dari semua makhluk Allah yang lain. Maka dengan ibadah, itu akan mempertahankan derajat manusia dalam kemuliaan, karena jika manusia tidak beribadah akan ada resiko yang didapatkan, seperti yang dijelaskan dalam QS. At-Tin: 4-5.
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ٤ ثُمَّ رَدَدۡنَٰهُ أَسۡفَلَ سَٰفِلِينَ
(4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (5) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
Manusia yang mulanya diciptakan dalam bentuk yang sempurna, Allah jadikan kembali ke tempat (derajat) yang serendah-rendahnya jika ia tidak beribadah kepadaNya.
Dijelaskan juga dalam QS. Al-A’raf: 179.
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Ayat di atas menjelaskan bahwa bagi orang yang lalai dalam mensyukuri nikmat Allah untuk digunakan beribadah, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam. Manusia diciptakan dengan hati dan panca indera untuk digunakan beribadah kepada Allah, jika tidak maka itulah resiko yang akan dia dapatkan.
Kedua, Selamat Dunia dan Akhirat.
Firman Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah: 21.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah (beribadahlah kepada) Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa tujuan dari ibadah adalah agar manusia meraih ketaqwaan. Karena pada dasarnya, jika seseorang bertaqwa kepada Allah Swt. maka dia akan terjaga dari fitnah dunia serta maksiat. Hal ini akan menuntun manusia kepada keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia manusia akan selamat dari fitnah dan maksiat dan di akhirat manusia akan selamat dari api neraka.
Akhirnya dengan ibadah kepada Allah di dunia, manusia akan meraih kepada tujuan mulianya yakni kembali ke tempat asalnya ia diciptakan, yaitu Surga yang penuh dengan kenikmatan di dalamnya. Aamiin.
Wallahu Alamu Bish-Shawaab.
(Aat Riati/MARWAH)
Tidak ada komentar