Sosialisasi 4 Pilar MPR RI
MARWAH.ID - MPR RI bekerjasama dengan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia menggelar Sosialisasi 4 Pilar MPR RI yang dilaksanakan secara langsung di Padang, Sumatera Barat dan melalui siaran canal zoom _meeting_ pada Sabtu, (26/02/22). Acara tersebut dihadiri oleh pengurus Dewan Da'wah Islamiyah pusat, perwakilan dewan da'wah daerah, dan tamu undangan dari berbagai ormas yang ada di Sumatra barat. Dan masih banyak lagi tamu undangan dari berbagai kalangan.
Wakil ketua MPR RI Dr. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. sebagai narasumber menyampaikan rasa terima kasih kepada Dewan Da'wah Islamiyyah Indonesia yang telah menyelenggarakan acara ini karena ia menganggap Acara ini sangat penting sekali untuk digelar.
Dr. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. juga mengungkapkan Bahwa NKRI adalah satu dari empat pilar MPR RI. Untuk memastikan tentang keberlangsungan dan keberlanjutan negara Indonesia yang kita cintai ini di dalamnya terdapat ideologi yaitu Pancasila sebagai ideologi negara yang menghadirkan simbol lambang Garuda Pancasila yang di inisiasi oleh Sultan Hamid II tetapi, pengisian lambang-lambang sila diusung oleh beberapa orang di antaranya Mohammad Natsir, Muhammad Yamin, Ki Hajar Dewantoro, dan dua orang lain nya.
Dasar negara Indonesia lahir dari pada tokoh-tokoh Masyumi yang terlibat dengan sangat mendalam seperti Mr. Kasman Singodimedjo, Mohammad Natsir dan lain sebagainya. Penting juga untuk disebutkan bahwa dalam posisi menuju kepada NKRI sebagai negara kesatuan di mana ada dua buah peristiwa yang luar biasa untuk penting disebutkan, yang pertama pada tanggal 18 Agustus 1945 bentuk negara Indonesia berbentuk negara kesatuan Republik Indonesia, ternyata yang pertama kali menyebutkan dan mengusulkan agar Indonesia berbentuk Republik bukan berbentuk kerajaan maupun yang lainnya itu adalah tokoh dari umat Islam dia adalah KH. Anwar Sanusi.
Indonesia dibentuk menjadi NKRI dengan kesepakatan para Komite Nasional Indonesia pusat (KNIP) didalamnya selain KH. Anwar Sanusi juga ada Allahuyarham Mohammad Natsir sebagai anggota KNIP. Dan yang menonjol adalah ketika ada pembahasan terkait dengan pembentukan kementerian agama yang semula ditolak tetapi kemudian diperjuangan kembali dalam rapat kedua atas usulan dari pada tiga tokoh Masyumi dari Jawa tengah dan sebagainya mereka bertemu dengan tokoh Masyumi di tingkat nasional yaitu Mohammad Natsir dan yang lain dan kemudian disetujui lah adanya kementrian agama. Kementrian agama itu bukan hadiah untuk orang tertentu tetapi sesungguhnya adalah usulan dari partai Masyumi anggota KNIP daerah yang kemudian dirapatkan dengan KNIP pusat dan kemudian disetujui oleh negara.
Presentasi lain dari Mohammad Natsir adalah dimana ketika Belanda tidak menerima Indonesia merdeka dalam bentuk NKRI tetapi dalam perjanjian Linggarjati Belanda Sudah merubah Indonesia hanya terdiri dari 3 provinsi saja yaitu Sumatera, Jawa dan Madura tidak ada pulau-pulau yang lain masuk dalam Indonesia dalam konferensi meja bundar pada tanggal 27 Desember tahun 1949 Belanda lagi-lagi hanya mengakui Indonesia merdeka bukan sebagai NKRI tetapi hanya menjadi republik Indonesia serikat (RIS).
Karena rasa cintanya kepada Indonesia, cintanya kepada bangsa dan negara maka beliau sebagai ketua fraksi di DPR beliau turun untuk bertemu dengan warga dari beragam daerah serikat dan beliau mendapatkan suatu kondisi dimana kemudian warga menginginkan untuk kembali menjadi negara Indonesia dan kemudian beliau menghubungi seluruh kekuatan politik yang ada dari kanan dan dari kiri termasuk yang ada dari partai katolik dan kristen dan kemudian semuanya mereka percaya dengan kredibilitas dan kenegarawan dari Mohammad Natsir maka ketika beliau menyampaikan misinya dalam sidang paripurna pada tanggal 17 Agustus 1950 diproklamasikanlah Indonesia menjadi NKRI. Maka inilah proklamasi indonesia yang kedua kalinya, pertama proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dan kemudian proklamasi yang kedua proklamasi menjadi NKRI untuk kembali kepada cita-cita yang disepakati dalam undang-undang dasar pada tanggal 18 Agustus 1945.
Kemudian narasumber yang kedua adalah Dr. Adian Husaini M.Si mengungkapkan bahwa Mohammad Natsir adalah tokoh Minang yang memiliki kemampuan komunikasi dan intuisi yang hebat. Selain kemampuan komunikasi yang hebat Buya Mohammad Natsir juga memiliki kemampuan menulis yang yang sangat luar biasa. Dalam penutupannya Dr. Adian Husaini M.Si menyampaikan faktor penyatuan Nusantara adalah bahasa dan agama Islam, selama umat Islam tidak berpecah belah maka NKRI juga tidak akan pecah. Untuk itu Dr. Adian Husaini M.Si mengajak kepada seluruh masyarakat dan ormas Islam yang ada untuk bersatu dan jangan terpecah belah.
(Safira /MARWAH)
Tidak ada komentar