Generasi Z si Generasi Strawberry
Siapa sih generasi z itu? Kok bisa dikatakan generasi strawberry?
Generasi Z atau generasi pascamilenial adalah kelompok manusia termuda di dunia saat ini. Mereka lahir dalam rentang 1995 hingga 2010. Di Indonesia, pada 2010 saja jumlah mereka sudah lebih dari 68 juta orang, nyaris dua kali lipat Generasi X (kelahiran 1965-1976).
“Gua anak umur 21, gak nyangka ternyata kuliah itu seburuk itu untuk mental health, semester 1 kemarin gua udah dihujanin materi sama tugas yang bener2 banyak, akibatnya waktu gua untuk healing sama self reward jadi kurang banget. Yang tadinya gua masih bisa nonton netflix, chat-chat-an dengan bestie sekarang jadi susah banget. Gua kayaknya belum siap kuliah deh. Gua udah ngomong ke ortu kalau gua mau cuti dulu semester ini. Gua mau fokus healing selama 6 bulan dulu. Tapi ortu gua malah ga setuju, bahkan gua dibilang manja. Gua bingung mau gimana takutnya kalau dipaksain ipk ku malah tambah anjlok. Gua juga susah komunikasikan ini ke ortu karena mereka ga aware sama mental health kaya gua. Gua mesti gimana....??? (dan diakhiri dengan emot menangis)”.
Paragraf di atas merupakan cuitan twitter salah satu mahasiswa semester 2 (dua) yang sempat viral beredar akhir-akhir ini di beberapa platform media sosial seperti facebook dan instagram, yang akhirnya menimbulkan pembahasan bagi khalayak mengenai istilah yang dianggap baru tentang generasi muda sekarang ini (generasi di bawah millenial) yakni strawberry generation/generasi strawberry.
Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya dan dalam salah satu kesempatan kuliah online melalui streaming youtube beliau, strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Definisi ini dapat kita lihat melalui laman-laman sosial media. Begitu banyak gagasan- gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda, sekaligus pula juga tidak kalah banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh mereka.
Sebagai seorang pendidik, Prof. Renald Kasali mencoba mempelajari fenomena ini agar jangan sampai menjadi seperti fenomena flexing yakni crazy rich bohong-bohongan dan lain sebagainya. Analisis mengapa dapat muncul fenomena seperti ini dijabarkan Prof. renald kasali setidaknya karena 4 (empat) hal yakni :
1.Self diagnosis terlalu dini tanpa melibatkan pihak yang ahli.
2.Cara orang tua mendidik terkait kondisi keluarga dimana anak dibesarkan dalam situasi yang lebih sejahtera dibandingkan generasi sebelumnya.
3.Narasi-narasi orangtua yang kurang berpengetahuan
4.Banyak generasi masa kini yang lebih mudah untuk lari dari kesulitan.
Kita bisa melihat salah satu perbedaan karakteristik yang signifikan pada generasi Z (generasi di bawah milenial) dan beberapa generasi sebelumnya adalah pada penguasaan teknologi. Setiap generasi punya cara tersendiri untuk berekspresi baik dalam hal berkarya dan memilih karir hidup kedepannya. Generasi hari ini tumbuh dengan kemudahan instan yang ditawarkan oleh teknologi. Hal itu juga menjadikan generasi hari ini punyai cara berbeda dalam memilih dan menunjukkan bakatnya untuk melahirkan hal-hal bermanfaat untuk sekitarnya. Beberapa tampilan sosial media dapat kita hidupkan kembali dengan konten yang bermanfaat.
Katanya Generasi hari ini (Gen z) dipandang sebagai generasi rebahan, emang iya?
Sebagai salahsatu gen z hal ini tidaklah selalu menjadi benar. Mengapa demikian? karena dengan kemajuan teknologi mereka dapat berkontribusi dan bahkan memantik perubahan. Teman-teman muda yang hobinya bermain Tiktok dapat menyalurkan bakatnya dalam hal marketing produk ataupun menyampaikan hal-hal yang bermanfaat melalui apk Tiktok tersebut. Gagasan kreatif anak muda hari ini dapat menggeser promotional trends yang sebelumnya menggunakan poster dan media cetak lainnya. Teman teman yang passion-nya berorganisasi dapat membuat kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, para mahasiswa yang menjadi aktvis dakwah bisa menyalurkan dakwahnya.
Lalu bagaimana cara kita menumbuhkan mental strawberry ini menjadi mental Tangguh?
Dalam salah satu jurnal yang mendeskripsikan tentang buah strawberry, dijelaskan bahwa buah satu ini adalah buah semu yang berarti bukan buah yang sebenarnya. Begitu juga pada generasi hari ini, mental strawberry adalah mental semu yang bukan sebenarnya dimiliki oleh generasi kita (generasi Z/generasi muda). Generasi yang tangguh merupakan generasi yang berjalan pada poros optimisme masa depan yang lebih baik.
Kita percaya bahwa saat ini prestasi akademik tidak sepenuhnya menjamin masa depan. Disiplin ilmu yang kita pelajari melalui ruang kelas belum tentu dibutuhkan lagi dimasa depan, termasuk apa yang kita pahami hari ini belum tentu bisa relevan dengan permasalahan dimasa depan.
Anies Baswedan dalam satu sambutannya pernah mengatakan, anak muda hari ini tidak perlu lagi diberi pertanyaan akan menjadi apa dimasa depan, tetapi anak muda hari harusnya diberi pertanyaan akan membuat apa dimasa depan. Anak muda hari ini sebenarnya sudah memiliki segalanya yaitu kreatifitas, inovasi dan sikap adaptif. Sikap adaptif, mampu beradaptasi dalam segala bentuk perubahan. Dimana kemajuan zaman tidak dapat kita bendung. Dengan sikap adaptif kita akan mencoba belajar kembali hal – hal baru diluar apa yang sebelumnya kita sudah pahami.
Inovatif dan kreatif, mampu memanfaatkan keterbatasan menjadi peluang yang menciptakan kebermanfaatan. Anak muda tidak perlu diragukan lagi akan hal ini. Kemajuan teknologi dan informasi membuat anak muda lebih punya banyak referensi untuk berkarya. Beragam inovasi yang dilahirkan dengan memanfaatkan media sosial sudah lebih awal di banjiri oleh tangan-tangan pemuda. Namun memang hal ini perlu di optimalkan kembali dengan kemampuan literasi digital yang baik, agar berbagai informasi yang dibuat lebih bisa menjaring permasalahan dan mampu memberikan kebermanfaatan.
Dari beberapa hal diatas, lantas bagaimana kemudian generasi Z harus menerapkan nilai-nilai Agama islam dalam kehidupannya?
Alquran menggambarkan sosok Gen Z yaitu seseorang yang memiliki sejumlah karakter seperti sikap kritis dan penggerak masa depan. Hal ini ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim pada masa mudanya. Allah berfirman dalam surat Al Anbiya ayat 6
قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْم
“Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.”
Dari ayat diatas dapat kita simpulkan Nabi Ibrahim merupakan model remaja atau pemuda yang mempunyai pola pemikiran logis dan kritis. Karenanya, dengan semangat idealismenya tersebut ia menghancurkan berhala kaumnya, dan menyisakan satu berhala besar. Dan sikap itulah yang harus dimiliki oleh Generasi Z sebagai agent of change yang harus bisa membuat perubahan positif dan konstruktif melalui perkembangan teknologi, termasuk membawa perubahan untuk bangsa dan negara agar tidak dilabeli sebagai generasi strawberry yang tidak memiliki mental tangguh.
(Aisyah/Marwah)
Tidak ada komentar