Header Ads

Dampak Keruntuhan Utsmani Terhadap Kebangkitan Islam dan Problematika Umat

Kekhalifahan Turki Utsmani atau Kekaisaran Ottoman merupakan salah satu kekhalifahan Islam yang paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Pada tahun 2024, genap seratus tahun sejak runtuhnya Kekhalifahan Utsmani pada tahun 1924. Tulisan ini akan menganalisis historisme singkat kekhalifahan tersebut hingga berdirinya Organisasi Konferensi Islam (OKI), sebab-sebab keruntuhan, dampak negatif dan positif dari keruntuhan tersebut, kebangkitan Islam di masa depan, serta analisis Peran dan Evolusi Politik Islam Pasca-Kemerdekaan Indonesia

A.    Historisme Singkat Kekhalifahan Turki Utsmani hingga Berdirinya Organisasi Konferensi Islam (OKI)

Kekhalifahan Turki Utsmani didirikan oleh Osman I pada akhir abad ke-13 di wilayah Anatolia. Pada puncak kejayaannya di abad ke-16 dan ke-17, wilayah kekuasaan Kekhalifahan Utsmani membentang luas dari Eropa Timur hingga Afrika Utara dan Timur Tengah. Kekhalifahan ini dikenal tidak hanya karena kekuatan militernya tetapi juga karena kontribusinya dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, dan hukum Islam.


Kekhalifahan Utsmani mengalami masa keemasan di bawah pemerintahan Sultan Suleiman al-Qanuni (Suleiman the Magnificent), yang dikenal karena reformasi hukum dan administrasi serta pembangunan monumental seperti Masjid Suleymaniye di Istanbul. Selain itu, perdagangan internasional dan toleransi terhadap berbagai agama dan etnis di wilayah kekhalifahan membuat Utsmani menjadi pusat kebudayaan dan intelektual yang maju.

Namun, mulai abad ke-18, Kekhalifahan Utsmani mulai mengalami kemunduran. Kekalahan dalam berbagai perang melawan kekuatan Eropa, masalah internal seperti korupsi, dan ketidakmampuan beradaptasi dengan kemajuan teknologi menjadi faktor utama kemunduran tersebut. Pada awal abad ke-20, keterlibatan dalam Perang Dunia I dan kekalahan yang diikuti oleh Perjanjian Sèvres (1920) serta Perjanjian Lausanne (1923) menandai akhir dari Kekhalifahan Utsmani.

Setelah runtuhnya Kekhalifahan Utsmani, Mustafa Kemal Atatürk mendirikan Republik Turki dan melakukan serangkaian reformasi sekularisasi yang menghapus institusi kekhalifahan pada tahun 1924. Kekosongan kepemimpinan Islam global setelah runtuhnya Utsmani memicu pembentukan Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada tahun 1969, yang bertujuan untuk mempromosikan solidaritas dan kerja sama di antara negara-negara Islam. OKI, yang kini dikenal sebagai Organisasi Kerjasama Islam (OKI), terus berperan sebagai platform untuk dialog dan kerjasama dalam berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan sosial.

B.    Sebab-Sebab Keruntuhan

Keruntuhan Kekhalifahan Utsmani disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, yang saling berkaitan dan mempercepat kemunduran kekhalifahan tersebut. Berikut adalah beberapa penyebab utama keruntuhan:

1. Kelemahan Internal

· Korupsi dan Birokrasi, korupsi yang meluas dan birokrasi yang lamban menyebabkan inefisiensi dalam pemerintahan dan melemahkan kekhalifahan dari dalam.

· Kemunduran Militer, kekhalifahan Utsmani gagal untuk memperbarui teknologi dan taktik militer mereka, membuat mereka tertinggal dari negara-negara Eropa.

· Masalah Ekonomi, pemborosan dan pengelolaan keuangan yang buruk menyebabkan krisis ekonomi yang memperburuk situasi internal kekhalifahan.

2. Kemajuan Teknologi di Eropa

· Revolusi Industri, revolusi industri di Eropa menciptakan kesenjangan teknologi yang signifikan antara Kekhalifahan Utsmani dan kekuatan-kekuatan Eropa.

·  Militer dan Transportasi, kemajuan dalam teknologi militer dan transportasi memberi keunggulan strategis kepada negara-negara Eropa dalam perang dan kolonisasi.

3.  Nasionalisme

· Gerakan Nasionalis, munculnya gerakan nasionalis di berbagai wilayah kekhalifahan, seperti Arab, Balkan, dan Armenia, menuntut kemerdekaan dari kekuasaan Utsmani.

· Etnis dan Sektarian, konflik etnis dan sektarian di dalam wilayah kekhalifahan memperlemah persatuan dan stabilitas internal.

4.      Keterlibatan dalam Perang Dunia I

· Kekalahan dalam Perang, kekhalifahan Utsmani bersekutu dengan Jerman dan Austria-Hongaria dalam Perang Dunia I, yang berakhir dengan kekalahan dan pembagian wilayah Utsmani oleh kekuatan Sekutu.

· Perjanjian Damai, perjanjian Sèvres dan Lausanne yang sangat merugikan menyebabkan kehilangan wilayah dan kekuatan politik Kekhalifahan Utsmani.

5.      Peran Mustafa Kemal Atatürk

· Pembentukan Republik Turki  Mustafa Kemal Atatürk mendirikan Republik Turki dan menerapkan reformasi sekularisasi yang menghapus institusi kekhalifahan pada tahun 1924.

· Modernisasi dan Sekularisasi, Atatürk memodernisasi Turki dengan mengadopsi model Barat, termasuk sistem hukum sekuler, alfabet Latin, dan pendidikan sekuler.

C.    Dampak Negatif Kejatuhan Turki Utsmani

1. Disintegrasi Wilayah

· Pembagian Wilayah, banyak wilayah bekas Kekhalifahan Utsmani yang menjadi negara-negara baru dengan batas-batas yang ditentukan oleh kekuatan kolonial, menyebabkan konflik etnis dan sektarian.

· Ketidakstabilan Politik, disintegrasi wilayah menyebabkan ketidakstabilan politik di Timur Tengah dan Balkan yang berlangsung hingga saat ini.

2. Kehilangan Identitas

· Kehilangan Simbol Persatuan, penghapusan kekhalifahan menyebabkan kehilangan simbol persatuan umat Islam, yang sebelumnya berada di bawah satu kepemimpinan spiritual.

· Krisis Identitas, banyak umat Islam yang mengalami krisis identitas karena perubahan budaya dan nilai yang dibawa oleh modernisasi dan sekularisasi.

3.  Kolonialisme

·  Eksploitasi Kolonial, banyak wilayah bekas Utsmani yang jatuh ke tangan kekuatan kolonial Eropa, memperpanjang penderitaan dan eksploitasi.

· Sistem kolonial mengakibatkan ketidakadilan sosial dan ekonomi yang berlanjut hingga masa kemerdekaan.

D.    Dampak Positif Kejatuhan Turki Utsmani

1. Kemunculan Negara-Negara Modern

· Negara Nasional, runtuhnya Kekhalifahan Utsmani mendorong pembentukan negara-negara modern dengan identitas nasional yang kuat, seperti Turki, Irak, Suriah, dan lainnya.

· Kemandirian Politik, negara-negara baru ini memiliki kemandirian politik untuk menentukan nasib mereka sendiri dan melakukan reformasi yang diperlukan.

2. Reformasi Sosial dan Politik

· Pembaharuan Sosial, negara-negara baru melakukan reformasi sosial untuk mengatasi masalah-masalah internal, seperti pendidikan, hak perempuan, dan kesehatan.

· Modernisasi, banyak negara yang melakukan modernisasi dalam berbagai bidang, termasuk hukum, ekonomi, dan infrastruktur.

3. Organisasi Kerjasama Islam (OKI)

· Platform Kerja Sama, terbentuknya OKI sebagai platform untuk kerja sama antarnegara Islam dalam berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

· Solidaritas Umat Islam, OKI berperan dalam memperkuat solidaritas umat Islam dan meningkatkan kerja sama internasional di antara negara-negara anggota.

E. Analisis Dampak Kejatuhan Kekhalifahan Utsmani Terhadap Resolusi Problematika Umat dan Dakwah

Kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1924 menandai perubahan besar dalam dunia Islam, termasuk di Indonesia. Kekhalifahan Utsmani merupakan simbol persatuan dan kekuatan umat Islam selama beberapa abad. Setelah kejatuhannya, umat Islam di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, harus menghadapi tantangan baru dalam mengatasi berbagai problematika umat dan dakwah. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana kejatuhan Turki Utsmani mempengaruhi resolusi problematika umat dan dakwah di Indonesia menggunakan analisis faktor-faktor yang menjadi pendukung pengaruh variabel x  terhadap variabel y.

Problematika umat dan dakwah di Indonesia mencakup berbagai isu sosial, politik, dan keagamaan yang mempengaruhi kehidupan umat Islam. Resolusi problematika ini penting untuk memastikan bahwa ajaran Islam dapat diterapkan dengan baik dan membawa manfaat bagi masyarakat luas.

a). Pengaruh Kejatuhan Kekhalifahan Utsmani terhadap Problematika Umat dan     Dakwah

1. Kehilangan Kepemimpinan Sentral

Salah satu dampak utama dari kejatuhan Turki Utsmani adalah hilangnya kepemimpinan sentral yang selama ini menjadi panutan bagi umat Islam. Tanpa kekhalifahan, umat Islam di Indonesia kehilangan simbol persatuan dan harus mencari cara baru untuk menyelesaikan problematika mereka.

2. Peningkatan Peran Organisasi Lokal

Dengan runtuhnya kekhalifahan, organisasi-organisasi lokal seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mengambil peran lebih besar dalam menyelesaikan problematika umat dan dakwah. Mereka menjadi pusat bagi umat Islam untuk mencari solusi atas berbagai isu sosial dan keagamaan.

3. Adaptasi Terhadap Modernisasi

Kejatuhan Turki Utsmani mendorong umat Islam di Indonesia untuk beradaptasi dengan modernisasi. Hal ini termasuk mengintegrasikan ajaran Islam dengan nilai-nilai modern dan sistem politik yang ada, yang sering kali menjadi tantangan dalam dakwah.

4. Pengaruh Pemikiran Islam Global

Setelah kejatuhan Utsmani, umat Islam di Indonesia mulai lebih banyak menerima pengaruh pemikiran Islam dari luar negeri, khususnya dari Timur Tengah. Ini mempengaruhi cara pandang dan strategi dakwah mereka dalam menghadapi problematika umat.

5. Perubahan Dinamika Politik

Kejatuhan Turki Utsmani bertepatan dengan meningkatnya perjuangan nasionalisme di Indonesia. Umat Islam harus menyeimbangkan antara memperjuangkan kepentingan agama dan nasionalisme dalam upaya mereka menyelesaikan problematika umat dan dakwah.

b). Faktor-Faktor yang Dapat Menghambat Resolusi Problematika Umat dan Dakwah

Dalam upaya menyelesaikan problematika umat dan meningkatkan efektivitas dakwah, terdapat berbagai faktor yang dapat menjadi hambatan. Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat menghambat proses ini:

1. Kurangnya Pendidikan dan Pemahaman Agama yang Mendalam

Banyak umat Islam yang memiliki pemahaman agama yang terbatas, sehingga tidak mampu mengaplikasikan ajaran Islam secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya akses terhadap pendidikan agama yang berkualitas menjadi salah satu penyebab utama masalah ini. 

2. Fragmentasi dan Ketidakselarasan di Antara Organisasi Islam

Fragmentasi di antara berbagai organisasi dan kelompok Islam sering kali menyebabkan kurangnya koordinasi dan kolaborasi dalam menyelesaikan problematika umat. Ketidakselarasan ini juga dapat memicu konflik internal yang menghambat kemajuan bersama.

3. Kurangnya Keterlibatan dalam Politik dan Kebijakan Publik

Umat Islam yang kurang berpartisipasi dalam proses politik dan pembuatan kebijakan publik cenderung memiliki pengaruh yang lebih kecil dalam menentukan arah kebijakan yang berdampak pada umat. Hal ini dapat menghambat upaya menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi umat.

4. Terbatasnya Akses terhadap Sumber Daya Ekonomi

Banyak umat Islam yang masih berada dalam kondisi ekonomi yang lemah, sehingga sulit untuk memberdayakan diri dan komunitas mereka. Keterbatasan akses terhadap sumber daya ekonomi seperti permodalan, pelatihan kewirausahaan, dan peluang bisnis menjadi penghambat utama.

5. Tantangan dari Arus Globalisasi dan Modernisasi

Arus globalisasi dan modernisasi membawa perubahan sosial dan budaya yang signifikan, yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai tradisional Islam. Tantangan ini dapat mengakibatkan kebingungan dan kehilangan identitas di kalangan umat.

6. Pengaruh Eksternal dan Islamofobia

Pengaruh negatif dari luar dan meningkatnya Islamofobia di berbagai belahan dunia dapat mempengaruhi persepsi dan penerimaan terhadap Islam dan umat Islam. Hal ini dapat menghambat dakwah dan mengurangi efektivitas penyebaran ajaran Islam.

7. Kurangnya Pemanfaatan Teknologi

Teknologi informasi dan komunikasi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk dakwah, namun masih banyak umat Islam yang belum memanfaatkan teknologi ini dengan optimal. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi menjadi hambatan utama.

8. Kendala Internal dalam Komunitas Umat

Konflik internal, perpecahan, dan kurangnya solidaritas di antara umat Islam sendiri sering kali menjadi penghambat terbesar dalam menyelesaikan problematika umat. Kendala ini bisa berasal dari perbedaan pendapat, egoisme, dan kepentingan kelompok tertentu.

c). Penyelesaian atau Solusi dari Analisis Dampak Kejatuhan Turki Utsmani terhadap Resolusi Problematika Umat dan Dakwah

Berdasarkan analisis dampak kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani terhadap resolusi problematika umat dan dakwah di Indonesia, ada beberapa solusi yang dapat diambil untuk memperkuat posisi umat Islam dan meningkatkan efektivitas dakwah.

Penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Indonesia. Pendidikan yang baik adalah fondasi bagi kemajuan umat. Untuk itu, perlu dilakukan reformasi kurikulum yang mencakup ilmu pengetahuan modern dan teknologi, tanpa mengesampingkan ajaran-ajaran agama. Selain itu, peningkatan kualitas fasilitas pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi guru serta pendidik harus menjadi prioritas. Pemerintah dan organisasi Islam harus bekerja sama untuk menyediakan dana dan program pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan zaman.

Kedua, umat Islam perlu aktif berpartisipasi dalam proses politik dan pemerintahan untuk memastikan kebijakan publik yang mengakomodasi kepentingan dan nilai-nilai Islam. Partisipasi politik yang aktif dan konstruktif bisa diwujudkan melalui keterlibatan tokoh agama dan ulama dalam pengambilan keputusan serta mendorong dialog yang konstruktif antara organisasi Islam dan pemerintah. Partisipasi ini juga harus didukung oleh pendidikan politik yang baik dan kesadaran hukum di kalangan umat Islam.

Ketiga, organisasi Islam perlu meningkatkan kapasitas manajemen dan kepemimpinan untuk mengelola isu-isu sosial dan keagamaan dengan lebih efektif. Pelatihan manajemen dan kepemimpinan, pembangunan jaringan internasional, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan organisasi akan sangat membantu dalam mencapai tujuan ini. Organisasi yang dikelola dengan baik akan lebih dipercaya oleh umat dan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam menyelesaikan problematika umat.

Dakwah harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Penggunaan media sosial, aplikasi mobile, dan platform online dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyebarkan ajaran Islam. Pembuatan konten digital yang menarik bagi generasi muda serta pelatihan bagi da’i dan pendidik dalam menggunakan teknologi adalah langkah-langkah penting yang harus dilakukan. Dengan demikian, pesan-pesan dakwah dapat disampaikan dengan cara yang relevan dan menarik bagi masyarakat modern.

Membangun ekonomi umat yang kuat melalui inisiatif bisnis berbasis syariah, koperasi, dan usaha kecil menengah (UKM) sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam. Penyediaan pelatihan kewirausahaan dan akses ke permodalan harus menjadi prioritas. Pengembangan sektor ekonomi berbasis syariah seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan pasar modal syariah juga harus didorong. Dengan ekonomi yang kuat, umat Islam akan lebih mandiri dan dapat berkontribusi lebih besar dalam pembangunan nasional.

F. Trend Kebangkitan Islam Politik di Indonesia

Kebangkitan Islam pada era modern ini lebih dipandang sebagai profil Islam yang mengarah pada tahap yang lebih tinggi dalam bidang politik, dengan maksud bahwa kebangkitan Islam dalam politik muslim mencerminkan tumbuhnya kebangkitan agama baik dalam kehidupan pribadi maupun umum. Adapun beberapa unsur penting yang menjadi pemicu bagi munculnya gerakan kebangkitan Islam antara lain sekularisasi dan kolonialisasi Barat yang pada tahap selanjutnya mampu menciptakan hegemoni Barat yang mengakibatkan timbulnya berbagai krisis di dunia Islam.

Bagi al-Maududi, untuk merealisasikan kebangkitan Islam ada sembilan program yang harus dilakukan dan salah satunya yang mempunyai keterikatan dengan penelitian ini tentang kebangkitan Islam yang memfokuskan studi pada pemikiran politik Abul A’la al-Maududi. Seperti yang dikatakan al-Maududi, “Revolusi semesta; tidak merasa puas dengan mendirikan sistem pemerintahan Islam pada sebuah atau beberapa negara yang berpenduduk muslim. Tetapi mulai melakukan suatu gerakan manca negara untuk menyebar-luaskan risalah Islam yang bersifat reformatif dan revolusioner kepada seluruh umat manusia secara besar-besaran. Juga berusaha agar Islam mampu menjadi suatu kekuatan budaya yang menguasai dunia. Memegang kendali pemikiran moral, intelektual dan politik seluruh umat manusia.

Berdasarkan salah satu program di atas, kebangkitan Islam sangat erat kaitannya dengan aspek politik. Hal ini didukung butir lain yang mempunyai kecenderungan serupa dalam bidang politik, seperti yang dikatakan oleh al- Maududi yaitu “mendirikan kembali pemerintahan yang berdasarkan sistem yang telah disebut sebagai “Kekhalifahan yang mengikuti pola Kerasulan”. Dengan kata lain, kebangkitan Islam yang banyak dilihat dari tumbuhnya kekuatan politik muslim dan adanya konsep din wa daulah. Salah satu intensitas al-Maududi dalam gerakan kebangkitan Islam, disamping pemikiran (konsep) mengenai sistem politik yang dihasilkannya, juga sepak terjangnya dalam usaha Islamisasi Pakistan ketika menjadi sebuah realitas pada tanggal 3 Juni 1947,20 khususnya dengan partai Jama’at-i-Islami yang didirikannya pada tanggal 21 Agustus 1941. 

Islam politik pasca Orde Baru bisa dikatakan mengalami kebangkitan yang signifikan, terutama secara kuantitatif. Kemunculan partai-partai berbasis Islam seperti PBB, Masyumi Baru, PK (kemudian menjadi PKS) menemani keberadaan PPP yang terlebih dahulu ada.

Dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, kalangan Islam telah memberikan sumbangan besar dalam proses pendirian negara ini. Islam telah memberikan warna yang kuat dalam proses membangun kesadaran dan integrasi nasional, baik dalam bentuk perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di seantero Nusantara maupun perjuangan secara diplomatis yang dilakukan oleh organisasi yang berlandaskan Islam misalnya saja Sarikat Islam, Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (Farouk, 1993: 25). Hal ini berarti bahwa Islam merupakan faktor utama dalam menumbuhkan semangat nasionalisme di Indonesia.

G.    Saran dan Rekomendasi

Kekhalifahan Turki Utsmani telah memberikan dampak besar dalam sejarah Islam dan dunia. Dari masa kejayaannya hingga keruntuhannya, banyak pelajaran yang dapat diambil, terutama dalam memahami dinamika kekuatan politik, sosial, dan ekonomi di dunia Islam. Runtuhnya kekhalifahan ini tidak hanya meninggalkan luka tetapi juga membuka jalan bagi transformasi dan modernisasi yang signifikan di banyak negara, termasuk Indonesia.

Pengaruh kekhalifahan Utsmani dan dampak kejatuhannya terhadap problematika umat dan dakwah di Indonesia menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan yang kuat, pendidikan yang berkualitas, serta adaptasi terhadap perubahan zaman. Kebangkitan Islam di masa depan akan sangat bergantung pada kemampuan umat Islam untuk mempelajari sejarah, mengambil hikmah dari kegagalan, dan mengimplementasikan solusi-solusi yang relevan dengan konteks modern. (Sarah Salsabila Maizarwan)


Referensi :

1.      Mansur, A. (2020). Kekhalifahan Utsmani: Sejarah dan Pengaruhnya di Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Islami.

2.      Natsir, Mohammad. (1973). Capita Selecta. Jakarta: Bulan Bintang.

3.      Quataert, Donald. (2005). The Ottoman Empire 1700-1922. New York: Cambridge University Press.

4.       Maesaroh, Ardini, (2003)  Kebangkitan Islam (Studi terhadap Pemikiran Politik Abdul A’la al- Maududi. Skripsi thesis, Perpustakaan Uin Sunan Kalijaga.

5.      Rahman, A., Dahlan, M., & Sumilih, D. A. (2020). Kebangkitan politik Islam pasca Orde Baru, 1999-2001. KAIS Kajian Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

6.      Tarigan, M., dkk (2023). Peradaban Islam: Masa Kebangkitan Kembali. Journal on Education, 5

Tidak ada komentar