Membumikan Da'wah: Cerita dan Pembelajaran
Rabu, 25 September 2024, kampus putri STID Mohammad Natsir mengadakan acara "Temu Sharing" yang mempertemukan alumni dan mahasiswi semester VII. Dalam sesi bincang ini, da'iyah yang baru kembali dari pengabdian menjadi tamu undangan.
Acara ini juga dihadiri oleh Ustadzah Ririn Yahyani dari biro pengabdian masyarakat dan Ustadz Salman Alfarisi sebagai mudir pesantren mahasiswi. Dalam sambutannya, Ustadz Salman Alfarisi menekankan bahwa pengabdian seorang da'i tidak pernah selesai, melainkan berlanjut hingga akhir hayat.
Tujuan acara "Temu Sharing" adalah untuk memfasilitasi alumni dan mahasiswi dalam berbagi pengalaman pengabdian, serta menginspirasi peserta melalui cerita nyata. Acara ini juga bertujuan mengingatkan semua yang hadir untuk menjaga niat baik dalam setiap pekerjaan. Selain itu, acara ini memperkuat jaringan antara alumni dan mahasiswi, sekaligus memberikan wawasan tentang tantangan yang dihadapi di lapangan.
Ustadzah Ririn kemudian menjelaskan tiga tahap pengkaderan da'i: masa Pesantren Mahasiswa (PESMA) pada semester awal, pengabdian di masyarakat untuk Kafilah Da'wah, dan tahap terakhir setelah menyelesaikan pendidikan S1 selama satu tahun. Beliau menekankan bahwa pengabdian tidak berhenti setelah menyerahkan LPJ, melainkan tetap berlanjut.
Dalam sesi sharing, Ustadzah Mega berkesempatan untuk menceritakan pengalamannya di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Hubaibah di Jawa Timur. Meskipun awalnya merasa kecewa, keramahan mudir pondok dan kebaikan orang sekitar mengubah persepsinya. Beliau mengingatkan untuk menerima dan menjalani setiap tempat pengabdian dengan ikhlas, sambil terus memperbaharui niat sebagai amanah.
Pembicara kedua, Ustadzah Wirda, yang mengabdi di Mentawai, berbagi pengalamannya. Ia mengungkapkan bahwa bayangannya tentang Mentawai sebagai perkampungan di hutan dipatahkan setelah tiba di sana. "Ternyata tempatnya tidak sepedalaman ini, tidak se-seram yang saya bayangkan," ujarnya. Ia kemudian menekankan pentingnya menjalani pengalaman pengabdian dengan sikap positif, “jalani dengan enjoy, insya Allah kalian bisa.”
Pembicara ketiga, Ustadzah Pipit Aisyah, yang mengabdi di Sambas, juga merasakan kekhawatiran serupa sebelum berangkat. Ia menggambarkan lingkungannya mirip dengan area perkebunan sawit. Ustadzah Pipit menceritakan pengalaman unik saat partner pengabdiannya digigit ular saat tidur malam. Ia juga memberikan saran kepada STID agar mahasiswa yang memiliki riwayat kesehatan yang kurang baik tidak ditempatkan terlalu jauh dari fasilitas kesehatan.
Beliau menekankan pentingnya mental yang kuat dalam menghadapi tantangan, baik dari eksternal maupun internal, dan menegaskan bahwa tantangan internal sering kali lebih berat. “Kuatin mental kalian,” pesannya di akhir pembicaraan.
Di akhir sesi, Ustadzah Ririn menyampaikan pesan penting dari Bapak Mohammad Natsir: "Jaga nawaitu, jaga niat kalian." Pesan ini mengingatkan para da'iyah untuk selalu menjaga niat baik dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
Selviana Wulandari/Marwah
Tidak ada komentar